Minggu, 27 Oktober 2013

Makna dari akad nikah

Ketika suatu saat dirimu akan menikah dengan seorang wanita, ataupun saat ini kau sudah terikat dalam sebuah pernikahan.
Tentunya pernikahan itu melewati proses AKAD-NIKAH bukan?
Yang intinya berbunyi ;
''aku terima nikahnya si dia binti ayah si dia dengan Mas Kawinnya ,,,,,,,''
Singkat, padat dan jelas. Tapi tahukah makna 'perjanjian/ikrar'' tersebut ?

''maka aku tanggung dosa2nya si dia dari ayah dan ibunya, dosa apa saja yg telah dia lakukan, dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat. Semua yg berhubungan dengan si dia, aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yg menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak2ku''.

Jika aku GAGAL?
''maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela Malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku''.
(HR. Muslim)

Duhai para istri,,
Begitu beratnya pengorbanan suamimu terhadapmu, karena saat Ijab terucap, Arsy_Nya berguncang karena beratnya perjanjian yg di buat oleh manusia di depan RABB nya, dgn di saksikan para malaikat dan manusia, maka andai saja kau menghisap darah dan nanah dari hidung suamimu, maka itupun belum cukup untuk menebus semua pengorbanan suami terhadapmu...

Sabtu, 26 Oktober 2013

Memahami Syirik, Kufur, dan Nifaq

Ditulis oleh Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

Syirik, kufur dan nifaq adalah tiga hal yang bisa membatalkan tauhid seseorang atau setidak-tidaknya mengurangi kesempurnaannya. Oleh karena itu, kita harus memiliki pemahaman yang betul-betul baik tentang tiga perkara ini. Dan yang paling penting adalah, kita senantiasa berusaha agar tidak terjatuh dan terjerumus kedalam tiga perkara tersebut.

Sebelum kita membahas satu persatu ketiga perkara ini, marilah terlebih dulu kita perhatikan dan kita renungkan beberapa firman Allah berikut ini:

”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);  sesungguhnya telah jelas jalan yang lurus daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka berarti ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Al Baqarah : 256).

”Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan), ’Beribadahlah kepada Allah (saja), dan jauhilah thaghut” (QS An Nahl : 36).

”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka menegakkan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS Al Bayyinah : 5).

Selanjutnya, berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai ketiga perkara tersebut, dimulai dari syirik, lalu kufur dan terakhir nifaq.

Pertama : Syirik (Kesyirikan) [QS An Nisa’ : 48 & 116, QS. Al An’am : 82, QS Luqman : 13, QS Az-Zumar : 65]

Syirik Akbar (Kesyirikan Besar)

  • Syirik dalam rububiyah, seperti keyakinan bahwa arwah orang yang sudah meninggal mampu memberikan manfaat atau mudharat, memenuhi kebutuhan orang yang hidup, atau keyakinan bahwa ada orang yang ikut mengatur alam raya ini bersama Allah, dan seterusnya.
  • Syirik dalam asma’ wa shifat, seperti keyakinan bahwa ada orang yang mengetahui hal ghaib selain Allah, misalnya dukun, peramal dan semacamnya, syirik dengan menyerupakan shifat Allah dengan shifat makhluq, dan lain-lain.
  • Syirik dalam uluhiyah (ibadah), seperti syirik dalam ibadah, doa, takut, cinta, harap, taat, dan sebagainya.

Syirik Ashghar (Kesyirikan Kecil)
  • Qauli (berupa ucapan), seperti bersumpah dengan menyebut selain nama Allah, dan sebagainya.
  • Fi’li (berupa perilaku dan perbuatan), seperti tathayyur, datang ke dukun, memakai jimat dan rajah (yang bukan berupa ayat Al Qur’an atau doa yang dibenarkan), dan sebagainya.
  • Qalbi (berupa amal hati / batin), seperti riya’, sum’ah, dan sebagainya.

Beberapa Sarana yang Mengantarkan kepada Kesyirikan:

1. Ghuluw (berlebih-lebihan) dalam tawassul yang diperselisihkan.
2. Memfungsikan kuburan seperti fungsi masjid.
3. Sikap ghuluw terhadap orang shalih (baik yang masih hidup maupun khususnya yang sudah wafat).
4. Kultus individu, benda, dan tempat.
5. Penghormatan, pemuliaan, dan pengagungan terhadap patung-patung dan gambar-gambar.
6. Hari-hari raya dan peringatan-peringatan bid’ah.
7. Amal- amal bid’ah pada umumnya.

Kedua : Kufur (Kekufuran) [QS Al Baqarah : 6 – 7, QS Al Kafirun]

Kufur Akbar (Kekufuran Besar) :
  • Kufur pengingkaran dan pendustaan (kufr al inkaar wat takdziib). Lihat QS Al An’am : 66, QS Al ’Ankabut : 68
  • Kufur keragu-raguan (kufr Asy Syakk). Lihat QS Al Kahfi : 35 – 38
  • Kufur keengganan dalam mematuhi hukum Allah karena faktor kesombongan (kufr al imtinaa’ wal istikbaar). Lihat QS Al Baqarah : 34, QS Asy Syu’araa’ : 111, QS Al A’raf : 12, QS Al Israa’ : 61.
  • Kufur pelecehan dan pengolok-olokan terhadap ajaran Islam (kufr as-sabb wal istihzaa’). Lihat QS At-Taubah : 65 – 66.
  • Kufur kebencian terhadap bagian ajaran Islam (kufr al bughdh). Lihat QS Muhammad : 9.
  • Kufur perpalingan (berpaling) dari hukum Allah (kufr al i’raadh). Lihat QS Al Ahqaf : 3, QS Ali ’Imran : 32, QS As-Sajdah : 22.
  • Kufur nifaq (kemunafikan). Lihat QS Al Munafiqun : 3.
  • Kufur loyalitas terhadap orang-orang kafir (kufr al walaa’). Lihat QS Ali ’Imran : 28.

Kufur Ashghar (Kekufuran Kecil) :
Adalah setiap jenis kemaksiatan yang disifati dengan kekufuran dan tidak termasuk kategori kufur akbar, seperti :

1. Kufur nikmat (QS An Nahl : 83 & 112)
2. Meninggalkan sholat (HR At-Turmudzi)
3. Mendatangi dukun dan peramal (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Al Bazzar)
4. Memerangi atau membunuh sesama muslim (HR Muttafaq ’Alaih)
5. Melecehkan dan memperolok-olokkan suatu keturunan, marga, etnis, dan semacamnya (HR Muslim)
6. Meratapi orang yang meninggal (HR Muslim)
7. Larinya budak dari tuannya (HR Muslim)
8. Menisbatkan diri seseorang kepada selain orangtuanya yang sebenarnya (HR Muttafaq ’Alaih)

Ketiga : Nifaq (Kemunafikan) [QS Al Baqarah : 8 – 20, QS An Nisa’ : 142 – 146, QS Al Munafiqun)

Nifaq Akbar (Kemunafikan Besar) :
Adalah nifaq i’tiqadi (kemunafikan yang berupa keyakinan hati). Karena dasarnya adalah keyakinan hati, maka tidak mudah diketahui. Namun ada beberapa bentuk amal lahir mereka yang termasuk jenis kufur akbar, yang diungkapkan dalam Al Qur’an, seperti :

  • Melecehkan dan memperolok-olokkan Allah, Rasul-Nya saw, dan Al Qur’an (QS At-Taubah : 65 – 66).
  • Mencaci Allah dan Rasul-Nya atau mendustakan keduanya (QS At-Taubah : 158).
  • Berpaling dari hukum Allah dan menghalang-halangi orang dari jalan Allah (QS An Nisa’ : 61).
  • Berhukum dengan hukum dan undang-undang orang-orang kafir (QS An Nisa’ : 66).
  • Meyakini isme-isme jahiliyah yang bertentangan dengan Islam : sekularisme, nasionalisme, dan lain-lain.
  • Berpihak dan memberikan loyalitas serta dukungan kepada orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin.
  • Bergembira atas kemenangan dan kaunggulan orang-orang kafir atau kealahan dan keterpurukan ummat Islam (QS Ali ’Imran : 119 – 120)
  • Mencela dan melecehkan para ulama, pejuang atau tokoh Islam, dan kaum mukminin militan pada umumnya (QS Al Baqarah : 13, QS At-Taubah : 79).
  • Memuji-muji kaum kafir, mengung-agungkan tokoh-tokoh mereka, dan mempublikasikan pemikiran-pemikiran mereka yang bertentangan dengan Islam (QS Al Mujadalah : 14).

Nifaq Ashghar (Kemunafikan Kecil) :

Juga disebut dengan Nifaq ’Amali (Kemunafikan Amal Perbuatan).

Definisinya: bahwa seseorang menampakkan amal lahiriyah yang baik dan terpuji, namun pada saat yang sama ia menyembunyikan didalam hatinya sesuatu yang buruk dan tercela, yang bertentangan dengan yang ditampakkan.

Dan diantara contoh-contoh nifaq ashghar adalah :

1. Berdusta dengan sengaja saat berbicara (HR Muttafaq ’Alaih)
2. Berjanji, namun dalam hatinya telah berniat untuk tidak menepatinya (HR Muttafaq ’Alaih)
3. Sengaja melakukan pelanggaran saat berperkara, seperti menolak kebenaran, berdalih dengan kebatilan dan kedustaan, padahal dia tahu hakikat masalahnya (HR Muttafaq ’Alaih)
4. Mengambil dan menerima amanat dengan menyimpan niat sejak awal untuk berkhianat (HR Muttafaq ’Alaih)
5. Riya’ dalam melakukan amal-amal  shalih (HR Ahmad)
6. Tidak memiliki dan menyimpan niat jihad (HR Muslim)
7. Menampakkan kecintaan pada seseorang, padahal sebenarnya ia menyimpan kebencian terhadapnya (HR Bukhari dan Ahmad)
8. Membenci sahabat Anshar secara khusus (HR Muttafaq ’Alaih) dan para shahabat seluruhnya secara umum.
Dan sebagainya.

Perbedaan-perbedaan antara yang Akbar (Besar) dan yang Ashghar (Kecil) dari Syirik, Kufur, dan Nifaq :
  • Yang akbar menyebabkan pelakunya dihukumi kafir, murtad, dan keluar dari Islam dengan segala konsekuensinya. Dan tidak demikian dengan pelaku yang ashghar (QS Al Baqarah : 221).
  • Pelaku yang akbar jika tidak bertaubat sampai meninggal, maka tertutuplah peluang ampunan baginya. Dan tidak demikian dengan pelaku yang ashghar (QS An Nisa’ : 48, 116, & 145).
  • Yang akbar menggugurkan seluruh amal pelakunya dan menjadikannya sia-sia belaka (QS Al Furqan : 23, QS Az Zumar : 65). Dan tidak demikian dengan yang ashghar.
  • Pelaku yang akbar diharamkan masuk Surga dan akan kekal di Neraka selama-lamanya. Dan tidak demikian dengan pelaku yang ashghar (QS Al Maidah : 72).
  • Yang akbar mewajibkan terjadinya bara’ (permusuhan) penuh secara mutlak terhadap pelakunya. Dan tidak demikian dengan pelaku yang ashghar (QS Al Mumtahanah : 4).
Catatan : Jangan pernah menganggap remeh dan kecil hal-hal yang masuk dalam kategori syirik, kufur, dan nifaq ashghar, karena terpengaruh oleh sebutan kecil (ashghar) tersebut. Karena, sekecil-kecilnya syirik kecil, kufur kecil, dan nifaq kecil, tetap termasuk kategori dosa-dosa besar.

sumber: http_://konsultasisyariah.net/content/view/70/109/

Kamis, 17 Oktober 2013

Keistimewaan Tauhid

Firman Allah Ta'ala:
"Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kedhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah." (Al-An'am: 82)
Iman yaitu ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat Lillah dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Syirik disebut kedhaliman, karena syirik adalah perbuatan menempatkan sesuatu ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.
'Ubadah ibn Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu, menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka-pun benar adanya; maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga betapapun amal yang diperbuatnya." (HR Bukhari Muslim)
Syahadat ialah persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari 'Itban: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada neraka orang yang berkata: Laa ilaha illa Allah (Tiada sesembahan yang hak selain Allah), dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan (pahala melihat) Wajah Allah."
Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Musa berkata: Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdo'a kepada-Mu. Allah berfirman: Katakanlah hai Musa: "Laa ilaha illa Allah". Musa berkata lagi: Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini. Allah pun berfirman: Hai Musa, andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedang Laa ilaha illa Allah diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka Laa ilaha illa Allah niscaya lebih berat timbangannya." (Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwa hadits ini Shahih)
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu ketika mati berada dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula."
Kandungan dalam tulisan ini:
1. Luasnya karunia Allah Ta'ala.
2. Banyaknya pahala tauhid disisi Allah Ta'ala.
3. Selain itu, tauhid menghapuskan dosa-dosa.
4. Tafsiran surah Al-An'am ayat 82, menunjukkan keistimewaan tauhid dan keuntungan yang diperoleh darinya dalam kehidupan dunia dan akhirat; dan menunjukkan pula bahwa syirik adalah perbuatan zhalim yang dapat membatalkan iman jika syirik itu akbar (besar) atau mengurangi iman jika syirik itu ashghar (kecil).
5. Perhatikan kelima masalah yang tersebut dalam hadits 'Ubadah.
6. Apabila anda mempertemukan hadits 'Ubadah, hadits 'Itban dan hadits sesudahnya, akan jelas bagi anda pengertian kalimat "Laa ilaha illa Allah" dan jelas pula kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
7. Perlu diingat persyaratan yang dinyatakan di dalam hadits 'Itban yaitu ikhlas semata-mata karena Allah dan tidak mempersekutukan-Nya.
8. Para nabi perlu diingatkan pula akan keistimewaan "Laa ilaha illa Allah"
9. Bahwa Laa ilaha illa Allah berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak diantara orang yang mengucapkan kalimat tersebut ringan timbangannya.
10. Dinyatakan bahwa bumi itu tujuh, seperti halnya langit.
11. Langit dan bumi ada penghuninya.
12. Menetapkan sifat-sifat Allah, berbeda dengan pendapat Asy'ariyah yaitu salah satu aliran teologis, pengikut Syaikh Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ary (260-324H = 874-936M). Dan maksud penulis disini ialah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an dan Sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya Wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum Salaf Shaleh dalam masalah ini, yaitu: mengimani kebenaran sifat-sifat Allah yang dituturkan oleh Al Qur'an dan Sunnah tanpa tahrif, ta'thil, takyif, dan tamtsil.
Adapun Asy'ariyah dalam masalah sifat yang seperti ini, sebagian mereka ada yang menta'wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal tersebut apabila tidak dita'wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhluk-Nya.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Syaikh Abul Hasan Al Asy'ary sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzab salaf shaleh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis diakhir masa hidupnya, yaitu Al-Ibanah 'An Ushulid-Diyanah (editor: Abdul Qadir Al-Arna'uth, Beirut: Maktabah Dar Al-Bayan, 1401 H), bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta'wil yang dilakukan orang-orang yang menyimpang dari madzhab Salaf.
13. Apabila anda memahami hadits Anas, anda akan tahu bahwa sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits 'Itban maksudnya ialah dengan tidak melakukan perbuatan syirik sedikitpun, bukan sekedar mengucapkan kalimat tauhid dengan lisan saja.
14. Perhatikanlah perpaduan sebutan Hamba Allah dan Rasul-Nya dalam pribadi Nabi 'Isa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
15. Mengetahui keistimewaan Nabi 'Isa sebagai kalimat Allah, maksudnya yaitu bahwa Nabi 'Isa diciptakan Allah dengan firman-Nya "Kun" (jadilah) yang disampaikan-Nya kepada Maryam melalui Malaikat Jibril.
16. Mengetahui bahwa Nabi 'Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan-Nya.
17. Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.
18. Mengetahui sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "betapapun amal yang telah diperbuatnya".
19. Mengetahui bahwa timbangan mempunyai dua daun.
20. Mengetahui kebenaran adanya Wajah bagi Allah Ta'ala.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

tauhid, sebuah pembuktian risalah illahi

Jaman keemasan Islam yang berlangsung selama periode Abbasiyah di Baghdad (750 -1258) dan Bani Umaiyyah di Spanyol (755-1492), tinggal kenangan belaka.

"Pada jaman orang-orang Eropa masih menyelam dalam kebiadaban yang teramat gelap, Baghdad dan Cordova, dua kota raksasa Islam telah menjadi pusat peradaban yang menerangi seluruh dunia dengan cahaya gilang gemilangnya." demikian kata Dr. Gustave Le Bone.

Dalam permulaan abad pertengahan tak satu bangsapun yang lebih besar sumbangannya untuk proses kemajuan manusia selain dari bangsa Arab. Mahasiswa2 Arab sudah asyik mempelajari Aristoteles tatkala Karel Agung bersama pembesar2 nya masih asyik belajar menulis namanya. Disekitar abad X, Cordova adalah kota kebudayaan yang ternama di Eropa dengan Konstantinopel dan Baghdad merupakan kota-kota pusat kebudayaan didunia.

Demikianlah sekilas pandangan bila kita mempercayai sejarah jaman keemasan Islam dimasa lampau. Ataukah sejarah tersebut telah mendustai kita ?

Kepada mereka yang menjadi pekerjaannya silahkan mengadakan penelitian kembali, dan kepada mereka yang mempercayai catatan sejarah itu bangga dan bergembira hatilah. Lalu bertanyalah: Kenapa sedemikian mengagumkannya Islam dimasa itu ? Dan kenapa golongan Islam sekarang ini bisa dipecundangi oleh golongan lain sedemikian hinanya ? Sekian banyak lagi pertanyaan kita ajukan, tetapi kepada siapa ?

Barangkali belum pernah Islam menghadapi bencana yang lebih besar dari apa yang mereka hadapi pada dewasa ini. Begitu besar tantangan yang yang harus dihadapinya sehingga dia dipaksa "menyerah kalah" kepada "Tuhan dunia" yang baru.

*Tuhan dunia yang baru itu tak lain daripada kaum Imperialisme, Materialisme, kelompok Eksistensialis, Orientalis dan Atheis plus Skeptik. Manusia tidak lagi percaya bahwa Tuhan adalah penyelamat bumi dan langit yang Maha Sempurna bahkan sebagian besar orang Islam sendiri sudah tidak pula mempercayai-Nya.

Mereka mencari ide-ide baru dalam rangka menyusun sistem kenegaraan yang mereka pikir sangat ideal. Mereka menggali pula "pendapat" baru untuk menata masyarakat. Dan semua golongan itu mereka temukan dalam kepada golongan yang telah disebutkan diatas (*). Lalu mereka memuja isi kepala (otak) penemu-penemu ide baru itu dan mereka pikir dengan demikian mereka telah menemukan tatanan baru.

Satu pertanyaan:
Jika manusia telah menemukan tatanan baru yang disebut Ideal itu benar adanya, mengapa kejadiannya malah sebaliknya ?

Bukan masyarakat ideal yang mereka temui tetapi malah keadaan masyarakat yang kacau balau !

Diluar kawasan Islam telah terjadi konfrontasi antara ilmu dengan agama. Hal itu terjadi dalam jaman tengah dibarat. Setiap keterangan ilmu yang tidak sepaham dengan gereja segera dibatalkan oleh Kepala Gereja.

Itulah yang terjadi pada Astronom Nicholas Copernicus (1507) yang menghidupkan kembali ajaran orang-orang Yunani dijaman purba yang mengatakan bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi sebagaimana ajaran gereja dan tercantum pada Yosua 10:12-13, melainkan bumi yang berputar dan mengedari matahari.

Galileo Gelilei yang membela teori tersebut pada tahun 1633 diancam hukuman bakar seandainya dia tidak mencabut kembali teori tersebut oleh Inkuisisi, yaitu organisasi yang dibentuk oleh gereja Katolik Roma yang menyelidiki ilmu klenik sehingga sikap gereja yang kaku itu telah menimbulkan tuduhan bahwa agama menjadi penghalang bagi kemerdekaan berpikir dan kemajuan ilmu.

Dari keadaan demikian terjadilah berbagai pemberontakan dari dalam.
Pada tahun 1517 terjadi reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther sehingga menimbulkan kelompok Protestan.

Pada tahun 1992, yaitu setelah 359 tahun kecaman kepada Galileo dilontarkan oleh pihak gereja, akhirnya gereja Katolik Roma secara resmi mengakui telah melakukan kesalahan terhadap Galileo Gelilei dan Paus Yohanes Paulus II sendiri telah merehabilitasinya.

Rehabilitasi diberikan setelah Paus Paulus menerima hasil studi komisi Akademis Ilmu Pengetahuan Kepausan yang dia bentuk 13 tahun sebelumnya dengan tugas menyelidiki kasus itu. Komisi ini memberitahukan, anggota Inkuisisi tang mengecam Galileo telah berbuat kesalahan. Mereka menetapkan keputusan secara subjektif dan membebankan banyak perasaan sakit pada ilmuwan yang kini dipandang sebagai bapak Fisika Eksperimental itu.

"Kesalahan ini harus diakui secara jantan sebagaimana yang Bapa Suci minta", demikian kata ketua Komisi Kardinal Paul Poupard pada Paus Paulus dalam suatu upacara.

Paulus Yohanes dan beberapa pendahulunya mengakui bahwa gereja melakukan kesalahan, tapi para ilmuwan mengkritik Vatican karena tidak bergerak cepat untuk meluruskan masalah itu secara resmi.

Jauh sebelum Paus Yohanes Paulus II merehabilitasi Galileo, Napoleon Bonaparte seorang tokoh besar Prancis pernah menyatakan mengenai ketidak seimbangan antara iman dan akal yang telah diterapkan dalam Bible sehingga dia menjadi murtad dari agamanya tersebut dan beralih kepada Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang membuka diri terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi sebagai salah satu sarana dalam pencapaian kepada Tuhan.

Selanjutnya perkembangan berpikir semakin pesat dan ilmu pengetahuan pun semakin berkembang dan melahirkan pendapat bahwa segala sesuatu itu dapat dijangkau oleh daya pikir. Segala sesuatu yang tidak masuk akal adalah nol, tidak ada. Dalam masa itu muncullah Rene Descartes (1598-1650) tampil kepanggung revolusi.

Hanya buah pikiran yang terang benderang yang dapat diterima. Dia berpendapat bahwa alam itu berjalan secara mekanis. Descartes juga berpendapat bahwa hanya akallah yang menjadi sumber pengetahuan.

Begitu juga dalam soal kenegaraan, Machiavelli (1469-1527) tampil mewakili pendapat baru. Dia mengobarkan pemisahan gereja dan agama serta kenegaraan harus dipisahkan.

Pada akhirnya tampil pula golongan Materialisme, paham mana memperkuat barisan anti agama. Golongan Atheisme kemudian mengatakan bahwa : Tuhan adalah manifestasi dari khayalan manusia, oleh karenanya agama adalah racun bagi rakyat. Demikianlah kelak yang menjadi doktrin Karl Marx.

Manifestasi atau sebab dari revolusi pikiran itu kemudian melahirkan berbagai bentuk filsafat dan tatanan masyarakat "dunia baru" sebagaimana yang nampak dewasa ini. Salah satu yang jelas adalah Imperialisme. Kemudian terpisahnya agama dari gelanggang politik dan ekonomi. Agama yang tersebut diatas dianggap "tidak mampu memberikan interpretasi" atas kemajuan serta pesatnya ilmu (otak) manusia bumi, Dan terakhir tibalah jaman Individualisme.

Kita dapat menyimpulkan bahwa lahirnya berbagai golongan yang tersebut (Materialisme, Atheisme, Imperialisme, Individualisme, Orientalis dsb) adalah karena agama yang mereka anut tidak mampu memecahkan persoalan yang mereka hadapi sehingga mereka mencari pemecahan sendiri yang sangat berlawanan dengan agamanya.

Dengan demikian dapatlah kita menilai sampai dimana kebenaran agama tersebut. Sebagai agama, dia ditantang oleh para manusia penganutnya. Jadi, pemeluknya lebih pandai dari ajaran agama itu sendiri.

Dan ternyata pula kemudian bahwa penemuan-penemuan yang diperoleh oleh ahli pikir tadi tidak pernah terpikir atau terdapat dalam kitab suci agama mereka! Bagaimanakah suatu kitab suci dapat membela dirinya dari kasus seperti itu ?

Itulah salah satu penyebab mengapa Karl Marx berkata : "Religion is the sigh of the oppressed creature the heart of heartless world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people".

Dalam hal ini ... siapakah diantaranya yang salah ?
Marx atau agama ?

Kiranya semua orang berpendapat bahwa agama harus mampu menjawab dengan benar setiap pertanyaan dan masalah manusia sampai tuntas sehingga manusia puas atas kebenarannya. Jika agama tersebut tidak kuasa menjawab dengan benar, maka berarti dia berasal dari Tuhan yang lebih bodoh dari manusia.

Pengertian harakah (gerakan) dalam Islam berbeda dengan apa yang diungkapkan sebagian doktrin dan agama lainnya. Pengertian ini timbul sebagai asas dari keselarasan antara pasangan-pasangan Material dan Immaterial, fisika dan metafisika, bumi dan langit, ilmu dan iman, manusia dan Allah, panas dan dingin serta lain sebagainya yang meletakkan pada dasar keseimbangan.

Hilangnya salah satu ujung dari ujung-ujung perseimbangan ini akan memisahkan agama Allah dari kemampuan untuk bergerak dan menyebar.

Disini celah-celah pembicaraan mengenai pendirian dari Sains, tampaklah kerapatan hubungan tersebut secara kokoh, yaitu kerapatan hubungan antara Islam dan hakikat Sains serta sumbangsihnya.

Namun ini tidak menghalang-halangi kita untuk memandang bagian-bagian yang sarat akan setiap hakikat Qur'aniah yang bersumber dari Ilahi, dan tidak bisa dinamai -secara metaphoris atau figuratif- hakikat ilmiah yang bersumber dari manusia karena disana ada garis pemisah dilihat dari segi berubah-ubahnya kedua sumber ini, yaitu garis pemisah yang terbentang diantara ilmu Ilahi dan ilmu Basyari (manusia).

Ilmu Ilahi yang memberi kita sebagian pemberiannya dalam Islam berisi hakikat -hakikat dan penyerahan-penyerahan yang mutlak. Sesuatu yang batil tidak datang dari depannya dan tidak pula dari belakangnya, yaitu ketika pemberian-pemberian ilmu Basyari menjadi tertahan oleh relativitasnya, kekacauannya dan perubahannya.

Dalam ilmu Basyari tiada hakikat final. Para ilmuwan sendiri -setelah melalui eksperimen dengan segala perlengkapannya- berkesudahan sampai kepada hasil ini bahwa pemberian-pemberian Sains hanyalah kemungkinan-kemungkinan belaka, kadang salah kadang tepat, dan penyingkapan-penyingkapannya adalah penyifatan bagi yang tampak, bukan interpretasi baginya.

Allah Swt mengajarkan kepada manusia melalui Rasul-Nya, bahwa isi AlQur'an itu tidak lain dari fitrah manusia, petunjuk bagi manusia untuk mengenal dirinya dan lingkungannya.

Sayangnya umat Islam selama ini cenderung lari dan mengingkari kefitrahan yang dimaksudkan oleh AlQur'an itu sendiri. Kaum muslimin tidak lebih mengerti AlQur'an ketimbang orang diluar Islam sendiri. Agama Islam menjadi asing dalam lingkungannya sendiri, tepat seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah dalam berbagai Hadist Shahih.

Allah telah menentukan bahwa kesadaran manusia datangnya berangsur, bertahap sesuai dengan perkembangan peradaban yang Dia tetapkan lebih dahulu.

AlQur'an juga mengajarkan bahwa tiada iman yang tidak diuji, karenanya kaum Muslimin harus mempersiapkan diri menghadapai ujian Allah yang sangat berat sekalipun. AlQur'an juga mengajarkan bahwa ia merupakan petunjuk yang sebaik -baiknya untuk membina kehidupan umat, itulah kewajiban kaum Muslimin untuk membuktikan kebenarannya !

Bukan kewajiban Allah untuk membuktikan kebenaran firmanNya ! Sebab firman itu benar dengan sendirinya.

Dengan modal kejujuran, kita bisa membaca sikap kita selama ini: meminta, menuntut agar Allah membuktikan kebenaran firmanNya ! Karena kita tidak mengerti apa makna ajaran Allah !

Coba anda belajar pada orang Jepang tentang ilmu membuat mobil dan orang Jepang akan memberikan buku serta rumus-rumusnya.

Tugas anda adalah untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu yang anda terima dari Jepang, dan bukan menagih agar orang Jepang membangun industri mobil di Indonesia dengan ilmu-ilmu mereka itu, serta bukan pula dengan jalan hanya menghapalkan dengan melagukan ilmu-ilmu membuat mobil itu semata dengan harapan anda akan menjadi pintar dengan sendirinya sehingga tiba-tiba anda bisa menciptakan mobil tersebut dengan sim salabim !

Begitulah AlQur'an, sebagai satu sarana untuk menghadapi ujian Allah tentang keimanan, kita harus belajar, belajar, berjuang dan berjuang agar kita bisa merealisasikan kebenaran ayat-ayat itu. Memang tidak mungkin jika ilmu Allah termuat dengan rinci dalam AlQur'an, karena AlQur'an sendiri sudah mengkiaskan bahwa ilmu Allah itu tidak bisa dituliskan dengan tinta sebanyak air dilautan sekalipun.

AlQur'an hanyalah satu petunjuk yang menunjukkan bahwa Ilmu Allah terdapat dimana-mana, diluar dan dalam diri manusia itu sendiri. Suatu petunjuk yang sempurna yang harus dikaji dengan otak, perasaan dan logika pengetahuan. Bukan sekedar menagih kepada Allah untuk merealisasikan janjiNya !

Islam terlahir "TIDAK dengan bermahdzab", Islam adalah satu.
Tidak ada Islam Hanafi, Islam Hambali atau Islam Syafe'i.
Bahkan 'Islam Muhammad' pun tidak pernah ada, apalagi Islam Ahmadiyah !
Islam adalah agama Allah, agama yang berdasarkan fitrah manusia dan agama yang diturunkan kepada semua Nabi dan Rasul sebelum kedatangan Muhammad Saw.

Seluruh umat Islam bertanggung jawab untuk menyampaikan dan menyebarluaskan risalah Islam. Tidak ada perbedaan, kecuali perbedaan kadar dalam memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul. Dan tidak ada seorangpun yang memperoleh izin khusus, sekalipun dia memiliki kemampuan dan pengakuan yang tertinggi dalam bertabligh untuk dapat menghalalkan yang diharamkan Allah, atau mengharamkan yang telah dihalalkanNya.

Kondisi umat Islam secara konvensional sekarang ini telah menunjukkan umat yang terbelakang, cara berpikir yang tidak strategis tetapi taktis, tidak mengambil prakarsa atau defensif, terbawa inisiatif kebudayaan dan apologetis yang menyebabkan umat Islam berada diluar garis perjuangan.

Dalam hal pentafsiran kitabullah, memahami isi kandungannya, umat Islam tidak bisa terpaku hanya kepada penafsiran/penterjemahan serta logika orang-orang terdahulu yang yang sudah pernah ada semata, sebab seiring dengan perkembangan tata bahasa dan pengertian serta perkembangan dari peradaban ilmu dan tekhnologi, maka akan banyak pula istilah-istilah yang lebih tepat didalam pengartian suatu ayat, menganalisanya dengan Ilmu pengetahuan sekaligus memahaminya secara baik.

Setiap orang boleh mengungkapkan makna kitab suci AlQur'an. Karenanya penafsiran AlQur'an bukan monopoli para imam dan mudjtahid (pemimpin agama dan pemegang wewenang tertinggi dalam bidang hukum).

Islam bukanlah agama yang penuh misteri, begitupun AlQur'an sebagai kitab sucinya, yang hanya dapat dimengerti oleh sekelompok jemaah tertentu.

Rasulullah Muhammad Saw tidak meninggalkan dunia yang fana ini kecuali setelah ia menyampaikan amanat dan menunaikan risalahnya. Rasulullah kemudian meminta para pengikutnya dan semua sahabat-sahabatnya untuk menyebarluaskan dan menyampaikan ajaran-ajaran Ilahi yang telah mereka peroleh darinya.

Manusia dianjurkan oleh Allah melalui Dienul Islam supaya berpikir dan merenungkan kekuasaan serta memperhatikan alam ciptaan-Nya. Karena berpikir adalah merupakan salah satu dari fungsinya akal yang dimiliki oleh manusia. Jika akal tidak berfungsi, maka manusia telah kehilangan milik satu-satunya yang menjadikannya makhluk utama dan istimewa diatas bumi dan tidak dapat lagi berperan dalam kehidupan selaku manusia yang berpredikat Khalifatullah fil ardl.

Para cendikiawan telah sepakat bahwa pikiran yang bebas dan akal yang kreatif adalah pangkal kemajuan umat manusia, sedangkan pikiran yang terbelenggu dan akal yang tidak berinisiatif dan hanya pandai meniru serta bertaqlid buta menjadi penghambat kemajuan individu dan umat.

Oleh sebab itulah Rasulullah Saw mengisyaratkan kepada umatnya tentang fungsi dan kegunaan akal yang sebenarnya agar manusia tidak salah menempatkan derajat kemanusiaannya.

Dalam salah satu Hadistnya, Rasulullah Saw bersabda: Bahwa akal itu terbagi dalam tiga bagian/fungsi. Sebagian untuk Ma'rifatullah, sebagian untuk Tha'tullah dan sebagian lagi untuk Ma'siatillah.

Golongan Materialis dan sejenisnya menyimpulkan karena Tuhan itu tidak rasionil dan tidak bisa pula dibuktikan secara laboratories maka Tuhan itu tidak ada ! Mereka hanya bisa mempercayai sesuatu kalau ada buktinya, ada barangnya.

Manusia dapat mempercayai atom dan pecahannya karena ia dapat dibuktikan lewat laboratorium. Begitu halnya gelombang.
Lalu bagaimanakah Tuhan dapat dibuktikan ?
Kenapa orang beragama dan terlebih lagi Islam percaya pada adanya Allah ?

Emmanuel Kant (1724-1804) seorang filusuf besar Jerman yang masih besar pengaruhnya sampai sekarang dalam berbagai lapangan hidup pada jaman Rasionalisme abad ke-18 semboyannya ialah "Sapere Aude" => Beranikan mengunakan akalmu !

Namun dalam bukunya Kritik der theoritiche vernunft ditandaskan bahwa penyelidikan dengan akal benar dapat memberikan suatu pengetahuan tentang dunia yang nampak itu, akan tetapi akal sendiri tidak sanggup memberikan kepastian -kepastian dan bahwa berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan terdalam tentang Tuhan, manusia, dunia dan akhirat akal manusia tidak mungkin memperoleh kepastian-kepastian melainkan hidup dalam pengandaian-pengandaian beragam postulat.

E. Kant yang raksasa ahli pikir itu insyaf bahwa hakekat itu tidak dapat dicapai dengan akal yang terbatas ini. Baru akan bertemu bila akal dipisahkan dari diri dan dijadikan orang ketiga untuk mempertemukan si aku dan si dia, padahal itu mustahil.

Untuk mengenal Allah, maka jalan satu-satunya ialah memikirkan, merenungkan dan menyelidiki makhluk ciptaan-Nya disamping mengenal sifat-sifatNya yang dapat dijadikan pegangan dan sekaligus akan melahirkan sifat atau sikap yang terpuji bagi seseorang.

Tanyakanlah pada diri anda sendiri "Mengapa bumi dan langit bisa sehebat ini, bagaimana
jaring-jaring kehidupan (ekologi) bisa secermat ini, apa yang membuat semilyar atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan dari mana hukum-hukum alam bisa seteratur ini ?".

Pada masa lalu, keterbatasan pengetahuan manusia sering membuat mereka cepat lari pada "sesembahan" mereka setiap ada fenomena yang tak bisa mereka mengerti (misal petir, gerhana matahari). Kemajuan ilmu pengetahuan alam kemudian mampu mengungkap cara kerja alam, namun tetap tidak mampu memberikan jawaban, mengapa semua bisa terjadi.

Ilmu alam yang pokok penyelidikannya materi, tak mampu mendapatkan jawaban itu pada alam, karena keteraturan tadi tidak melekat pada materi. Contoh yang jelas ada pada peristiwa kematian. Meski beberapa saat setelah kematian, materi pada jasad tersebut praktis belum berubah, tapi keteraturan yang membuat jasad tersebut bertahan, telah punah, sehingga jasad itu mulai membusuk.

Bila di masa lalu, orang mengembalikan setiap fenomena alam pada suatu "sesembahan" (petir pada dewa petir, matahari pada dewa matahari), maka seiring dengan kemajuannya, sampailah manusia pada suatu fikiran, bahwa pasti ada "sesuatu" yang di belakang itu semua, "sesuatu" yang di belakang dewa petir, dewa laut atau dewa matahari, "sesuatu" yang di belakang semua hukum alam.

Kemampuan berfikir manusia tidak mungkin mencapai zat Tuhan. Manusia hanya memiliki waktu hidup yang terhingga. Jumlah materi di alam ini juga terhingga. Dan karena jumlah kemungkinannya juga terhingga, maka manusia hanya memiliki kemampuan berfikir yang terhingga. Sedangkan zat Tuhan adalah tak terhingga (infinity).

Karena itu, manusia hanya mungkin memikirkan sedikit dari "jejak-jejak" eksistensi Tuhan di alam ini. Adalah percuma, memikirkan sesuatu yang di luar "perspektif" kita.

Karena itu, bila tidak Tuhan sendiri yang menyatakan atau "memperkenalkan" diri -Nya pada manusia, mustahil manusia itu bisa mengenal Tuhannya dengan benar. Ada manusia yang "disapa" Tuhan untuk dirinya sendiri, namun ada juga yang untuk dikirim kepada manusia-manusia lain. Hal ini karena kebanyakan manusia memang tidak siap untuk "disapa" oleh Tuhan.

Tuhan mengirim kepada manusia utusan yang dilengkapi dengan tanda-tanda yang cuma bisa berasal dari Tuhan. Dari tanda-tanda itulah manusia bisa tahu bahwa utusan tadi memang bisa dipercaya untuk menyampaikan hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin diketahuinya dari sekedar mengamati alam semesta. Karena itu perhatian yang akan kita curahkan adalah menguji, apakah tanda-tanda utusan tadi memang autentik (asli) atau tidak.

Pengujian autentitas inilah yang sangat penting sebelum kita bisa mempercayai hal-hal yang nantinya hanyalah konsekuensi logis saja. Ibarat seorang ahli listrik yang tugas ke lapangan, tentunya ia telah menguji avometernya, dan ia telah yakin, bahwa avometer itu bekerja dengan benar pada laboratorium ujinya, sehingga bila di lapangan ia dapatkan hasil ukur yang sepintas tidak bisa dijelaskanpun, dia harus percaya alat itu.

Karena yakin akan autentitas peralatannya, seorang astronom percaya adanya galaksi, tanpa perlu terbang ke ruang angkasa, seorang geolog percaya adanya minyak di kedalaman 2000 meter, tanpa harus masuk sendiri ke dalam bumi, dan seorang biolog percaya adanya dinosaurus, tanpa harus pergi ke zaman purba.

Keyakinan pada autentitas inilah yang disebut "iman". Sebenarnya tak ada bedanya, antara "iman" pada autentitas tanda-tanda utusan Tuhan, dengan "iman"-nya seorang fisikawan pada instrumennya. Semuanya bisa diuji. Karena bila di dunia fisika ada alat yang bekerjanya tidak stabil sehingga tidak bisa dipercaya, ada pula orang yang mengaku utusan Tuhan tapi tanda-tanda yang dibawanya tidak kuat, sehingga tidak pula bisa dipercaya.

Tanda-tanda dari Tuhan itu hanya autentis bila menunjukkan keunggulan absolut, yang hanya dimungkinkan oleh kehendak penciptanya (yaitu Tuhan sendiri). Sesuai dengan zamannya, keunggulan tadi tidak tertandingi oleh peradaban yang ada. Dan orang pembawa keunggulan itu tidak mengakui hal itu sebagai keahliannya, namun mengatakan bahwa itu dari Tuhan !!!

Pada zaman Nabi Musa, ketika ilmu sihir sedang jaya-jayanya, Nabi Musa yang diberi keunggulan mengalahkan semua ahli sihir, justru mengatakan bahwa ia tidak belajar sihir, namun semuanya itu hanya karena ijin Tuhan semata.

Demikian juga Nabi Isa, seperti yang tercantum dalam St. John 7:16-17 :

"Jesus answered them, and said, My doctrine is not mine, but His that sent me. If any man will do his will, he shall know of the doctrine, wheter it be of God, or whether I speak of my self."

Nabi Muhammad Saw datang membekal AlQur'an sebagai mukjizat terbesarnya sepanjang sejarah peradaban yang dipenuhi dengan berbagai kandungan ilmu pengetahuan baik agama/KeTuhanan maupun sisi ilmiah yang beberapa diantaranya baru ditemukan kebenarannya oleh para ahli diabad ke-20.

Tapi Rasulullah Saw tidak mengklaim bahwa itu semua hasil karyanya sendiri, melainkan dia mengatakan bahwa itu semua dari Tuhan sesuai dengan pesan Nabi Isa Almasih didalam Bible yang beredar sekarang.

How beit when he, the 'spirit of truth' is come, he will guide you into all truth; for He shall not speak of himself, but whatsoever he shall hear, that shall he speak, and he will show you things to come."
(St. John 16:14)

Katakanlah: "Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang memberi penjelasan". (QS. 46:9)

Secara apriori mengasosiasikan Qur'an dengan Sains modern adalah mengherankan, apalagi jika asosiasi tersebut berkenaan dengan hubungan harmonis dan bukan perselisihan antara keduanya. Bukankah untuk menghadapkan suatu kitab suci dengan pemikiran-pemikiran yang tidak ada hubungannya seperti ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang paradoks bagi kebanyakan orang pada jaman ini ?

Sesungguhnya orang yang membaca AlQur'an secara teliti dalam upaya memahami bagaimana pendiriannya terhadap Sains, ia akan mendapatkan sekumpulan ayat-ayat yang jelas, terbentang menurut empat bagian yang semua aspeknya mengarah kepada masalah ilmiah.

1. Masalah-masalah yang berkaitan dengan hakikat Sains dan arah serta tujuannya mengenai apa yang dapat diketahui dengan filsafat Sains dan teori makrifat.

2. Metode pengungkapan tentang hakikat-hakikat ilmiah yang bermacam-macam.

3. Menampakkan sekumpulan hukum-hukum dan peraturan-peraturan dilapangan Sains yang bermacam-macam, terutama fisika, geographi dan ilmu hayat.

4. Menghimbau manusia agar mempergunakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan tersebut.

Semua ayat AlQur'an itu diturunkan mengandung hal-hal yang logis, dapat dicapai oleh pikiran manusia, dan AlQur'an itu dijadikan mudah agar dapat dijadikan pelajaran atau bahan pemikiran bagi kaum yang mau memikirkan sebagaimana yang disebut dalam Surah Al-Qamar ayat 17 :

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan AlQur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?"
(QS. 54:17)

"Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Kitab kepada mereka, Kami jelaskan dia (kitab itu) atas dasar ilmu pengetahuan; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang -orang yang beriman."
(QS. 7:52)

Namun meskipun demikian, Allah juga memberikan "permainan dinamis dan elastis" didalam memahami ayat-ayatNya.

Surah 3, Ali Imran ayat 7 menyatakan bahwa AlQur'an terbagi atas dua babak : Muhkamat dan Mutasyabihat.

"Dia-lah yang menurunkan Kitab (AlQur'an) kepada kamu. Di antaranya ada ayat -ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi AlQur'an, dan yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah /perselisihan/ dan untuk mencari-cari pengertiannya, padahal tidak ada yang mengetahui pengertiannya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya akan berkata: "Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu dari sisi Tuhan kami, dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang mau memikirkan." (QS. 3:7)

Yang Muhkamat adalah petunjuk hidup yang mudah dimengerti yang terdapat didalam AlQur'an, termasuk didalamnya masalah halal-haram, perintah dan larangan serta hal-hal lainnya dimana ayat-ayat tersebut dapat dipahami oleh siapa saja secara gamblang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran yang berat.

Sedangkan Mutasyabihat adalah hal-hal yang susah dimengerti karena berupa keterangan tentang petunjuk banyak hal yang mesti diteliti dan merangkaikan satu sama lain hingga dengan begitu terdapat pengertian khusus tentang hal yang dimaksudkan, termasuk didalamnya adalah dapat diungkapkan melalui kemajuan teknologi dan cara berpikir manusia, disitulah letak fungsinya Akal manusia sebagai suatu fitrah yang tidak ternilai harganya.

Seandainya AlQur'an itu seluruhnya Muhkamat, pastilah akan hilang hikmah yang berupa ujian sebagai pembenaran juga sebagai usaha untuk memunculkan maknanya dan tidak adanya tempat untuk merubahnya. Berpegang pada ayat Mustasyabihat saja dan mengabaikan ayat Muhkamat, hanya akan menimbulkan fitnah dikalangan umat.

Juga seandainya AlQur'an itu seluruhnya Mutasyabihat pastilah hilang fungsinya sebagai pemberi keterangan dan petunjuk bagi umat manusia. Dan ayat ini tidak mungkin dapat diamalkan dan dijadikan sandaran bagi bangunan akidah yang benar.

Akan tetapi Allah Swt dengan kebijaksanaanNya telah menjadikan sebagian Tasyabuh dan sisanya Mustayabihat sebagai batu ujian bagi para hamba agar menjadi jelas siapa yang imannya benar dan siapa pula yang didalam hatinya condong pada kesesatan.

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :
"(AlQur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. 3:138)

Bahwa AlQur'an seharusnya dipandang sebagai sumber dari segala keilmuan, tidak perlu dipermasalahkan lagi bagi umat Islam. Banyak kaum intelegensia Muslim yang mengungkapkan bagaimana penemuan-penemuan ilmiah yang paling mutakhir sekalipun ada diungkapkan dengan bahasa simbolik atau juga nyata dalam AlQur'an.

Dalam berbagai tulisan para ahli tafsir modern, akan dijumpai berbagai keberatan terhadap pendapat dan logika para ahli tafsir klasik, hal yang sesungguhnya dapat memperkaya pendapat yang telah ada dan menjadikannya satu kesatuan didalam memfungsikan elastisitas dan dinamisitas Qur'an untuk seluruh tingkatan manusia.

Ketika membaca tafsir Qur'an Nazwar Syamsu berikut buku-buku tulisannya misalnya, kita akan dibuat berdecak kagum betapa indah dan luar biasanya AlQur'an itu mengungkapkan teka-teki langit dan bumi hingga pada makna Haji dan Sa'i yang nyatanya telah menjadikan Nazwar Syamsu seorang yang kontroversial dan mendapat celaan, olok-olokan sampai pada diberlakukannya pelarangan beredarnya tulisan -tulisan beliau dibumi Indonesia.

Padahal hampir semua orang tahu bahwa AlQur'an berbicara mengenai Astronomi ketika dia berhadapan dengan para ahli Astronom, AlQur'an akan berbicara masalah penyakit dan obatnya ketika dia berhadapan dengan seorang dokter ahli, AlQur'an juga berbicara masalah sosial-politik ketika dia berhadapan dengan para politikus, AlQur'an berbicara pun berbicara tentang hidup dan kehidupan untuk para pengembara dan pencari kebenaran serta AlQur'an akan berbicara tentang perbandingan agama ketika dia dihadapkan dengan para Kristolog dan banyak lagi lainnya yang kesemuanya itu disesuaikan dengan tingkat pemahaman serta kedudukan masing-masing orang yang tergabung dalam ayat Mutasyabihat dan Muhkamat.

Hanya saja sayangnya sebagaimana yang pernah kita singgung pada bagian-bagian terdahulu, umat Islam cenderung lari dan mengingkari dari agamanya untuk mencari "agama dan Tuhan-tuhan baru" yang dapat memuaskan hatinya mengikuti generasi -generasi Ahli Kitab yang ada sebelumnya.

Mereka sebenarnya orang-orang yang belum mengerti dan tidak pernah memahami dengan berbagai kajian mendalam mengenai Islam tapi sudah terlalu ceroboh untuk melakukan analisis serampangan menuruti kemauan mereka semata yang dirasakan bahwa tingkat pemahamannya sudah jauh melebihi orang lain.

"Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti hancurlah langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kebanggaan untuk mereka namun mereka berpaling dari kebanggaan tersebut."
(QS. 23:71)

Sampai disini kita harus membenarkan semua petuah Qur'an dan beberapa sabda Rasul Muhammad Saw yang menjelaskan fungsi akal dan keseimbangannya dengan Iman didalam menyelami ajaran Ilahi.

Dimana dalam keseimbangan itu dituntut orang yang berakal dapat memandang dan menilai sesuatu berdasarkan realita dan keghaiban berdasarkan Dienul Islam bukan berdasarkan hawa nafsu mereka semata yang terbatas.

"Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kalian tetapi kebanyakan di antara kalian benci kepada kebenaran itu."
(QS. 43:78)

"Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik."
(QS. 6:121)

Dalam ayat-ayat lainnya Allah juga sudah menyindir manusia sebagai makhluk yang paling suka membangkang meskipun sudah diberikan banyak sekali contoh didalam kitab sucinya yang seharusnya dapat membuat manusia itu berkaca dari sejarah masa lalu.

"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan/contoh. Dan manusia merupakan makhluk yang paling banyak membantah."
(QS. 18:54)

Untuk menghadapi orang-orang seperti itu, Allah memberikan satu petunjuk untuk menghindari perdebatan dan permusuhan semakin mencuram.

Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah: "Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan".
(QS. 22:68)

"Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk golongan yang ragu-ragu."
(QS. 2:147)

Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan keturunannya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa serta Nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorangpun di antara mereka dan kepadaNya lah kami menyerahkan diri". (QS. 3:84)

10 Amalan Berbonus Rumah di Surga.

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah-Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Setiap rumah yang kita tempati sekarang –sebagus apapun itu- akan rusak dan hancur. Sebabnya bisa beragam seperti kebakaran, gempa bumi, longsor, tertabrak kereta dan sebab lainnya. Jikapun rumah kita tetap kokoh maka ia tak akan bisa melindungi kita dari kematian. Inilah rumah kita di kehidupan dunia.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. Al-Nisa’: 78)

Untuk rumah di dunia ini, manusia terus bekerja keras, banting tulang, peras keringat siang-malam. Cari pinjaman sana-sini untuk mengredit rumah sepetak yang lusuh dan tak tahan lama. Padahal rumah tersebut akan fana, hancur, dan usang di makan masa. Atau dengan kemegahannya akan ditinggalkan oleh pemiliknya selama-lamanya.

Kehidupan akhirat pasti kita masuki. Tak satupun manusia bisa mengelak darinya. Di sana ada kehidupan yang lebih kekal dan abadi. Orang-orang beriman akan dimuliakan dengan rumah megah lagi indah sesuai dengan tingkat iman dan takwanya. Kenapa kita tidak lebih serius dan sungguh-sungguh berusaha mencari jalan dan mengupayakan sebab untuk memiliki rumah di sana?

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan kepada kita tentang sifat-sifat rumah surga yang sangat indah dan bahan bakunya.

لَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ وَتُرْبَتُهَا الزَّعْفَرَانُ مَنْ دَخَلَهَا يَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ وَيَخْلُدُ لَا يَمُوتُ لَا تَبْلَى ثِيَابُهُمْ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُمْ

“Bangunannya dari batu bata berupa perak dan emas, adukannya dari minyak wangi kesturi Al-Adzfar, kerikilnya dari mutiara dan permata, kerikilnya dari zakfaron. Siapa yang memasukinya akan merasa nikmat dan tidak akan meninggalkannya, kekal tidak akan mati, pakaiannya tidak kotor dan senantiasa muda tidak akan tua.” (HR. Al-Tirmidzi & Ahmad. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami’: 3116)

Amal-amal Berbonus Rumah di Surga

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan adanya beberapa amal yang berbonus rumah di surga. Sebagiannya terlihat ringan, sebagian lainnya butuh modal besar, dan sebagian lainnya membutuhkan pengorbanan. Di antara amal-amal tersebut adalah:

1. Membangun masjid karena Allah

Dari Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا بَنَى اللَّه لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّة

“Siapa yang membangun satu masjid untuk Allah maka Allah akan membangunkan untuknya satu rumah di surga.” (Muttafaq ‘alaih)

مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا مِنْ مَالٍ حَلَالٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّة

“Siapa yang membangun satu masjid untuk Allah dari harta yang halal maka Allah akan membangunkan untuknya satu rumah di surga.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman, al-Thabrani dalam al-Ausath, dan lainnya)

Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

“Siapa membangun masjid karena Allah walau seperti sarang burung atau lebih kecil dari itu maka Allah akan membangunkan untuknya satu rumah di surga.” (HR. Ibnu Majah, al-Bazzar dan Ibnu Hibban. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 6128)

2. Membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali

Dari hadits Mu’adz bin Anas Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ

“Siapa yang membaca Qul Huwallaahu Ahad (Surat Al-Ikhlash) sampai menghatamkannya sebanyak sepuluh kali niscaya Allah bangunkan untuknya intana di surga.” (HR Ahmad dari Mu’adz bin Anas al-Juhani & dihassankan Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah, no. 589)

3. Memuji Allah dan beristirja’ saat diuji dengan kematian anak

Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ

“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada MalaikatNya, “Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?” Mereka berkata, “Benar.” Allah berfirman, “kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?” Mereka menjawab, “Benar.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?” Mereka berkata, “Ia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’ (Innaa Lilaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji’uun).” Allah berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku rumah di surga dan namai ia Rumah Pujian.” (HR. Al-Tirmidzi dan beliau menghassankannya , juga dihasankan oleh Syaikh Al AlBani di Shahih al-Jami’)

4. Membaca doa masuk pasar

Dari Umar bin al-Khathab Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ دَخَلَ السُّوقَ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa masuk pasar lalu ia mengucapkan, “Laa Ilaaha Illallaahu wahdahu Laa Syariikalahu, Lahul Mulku Walahul Hamdu, Yuhyii, Wayumiitu, Wahuwa Hayyun Laa Yamuutu, Biyadihil Khairu, Wahuwa ‘alaa Kulli Syai-in Qadiir” niscaya Allah menuliskan baginya sejuta kebaikan, menghapuskan darinya sejuta kejelekan, mengangkat derajatnya hingga sejuta derajat, dan membangunkan untuknya rumah di surga”." ( HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim. Syaikh Al-Albani menyatakan, hadits tersebut hasan)

    . . . Kenapa kita tidak lebih serius dan sungguh-sungguh berusaha mencari jalan dan mengupayakan sebab untuk memiliki rumah di akhirat?. . .

5. Menutup celah barisan shaf shalat

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ سَدَّ فُرْجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ وَ رَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً

“Siapa menutup celah (pada barisan shalat) niscaya Allah bangunkan untuknya rumah di surga dan mengangkat derajatnya dengan perbuatannya itu.” (HR. Al-Muhamili dalam Amaalinya dan dishahihkan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah, no. 1892)

6. Menjaga shalat-shalat sunah rawatib dua belas rakaat

Dari Ummu Habibab Radhiyallahu 'Anha, berkata: Aku Mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Siapa yang shalat 12 rakaat dalam sehari semalam niscaya dibangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Muslim)

Shalat 12 raka’at itu adalah empat rakaat sebelum Dzuhur & dua rakaat sesudahnya, dua raka’at sesudah maghrib, dua rakaat setelah ‘Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh sebagaimana yang terdapat dalam hadits ‘Aisyah dalam Sunan al-Tirmidzi dan Ibnu majah.

7. Iman, islam, hijrah dan berjihad fi sabilillah

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَنَا زَعِيمٌ وَالزَّعِيمُ الْحَمِيلُ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَهَاجَرَ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَأَنَا زَعِيمٌ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى غُرَفِ الْجَنَّةِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلَمْ يَدَعْ لِلْخَيْرِ مَطْلَبًا وَلَا مِنْ الشَّرِّ مَهْرَبًا يَمُوتُ حَيْثُ شَاءَ أَنْ يَمُوتَ

“Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di tengah surga, dan surga yang paling tinggi. Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk Islam dan berjihad dengan rumah di pinggir surga, di tengah surga dan di surga yang paling tinggi. Barangsiapa yang melakukan itu, ia tidak membiarkan satupun kebaikan, dan lari dari semua keburukan, ia meninggal, di mana saja Dia kehendaki untuk meninggal.” (HR. Al-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh Syaikh Al AlBani rahimahullah).

8. Menghindari debat walaupun dalam posisi yang benar

9. Meninggalkan dusta dalam becanda

10. Berakhlak mulia

Dari Abu Umamah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَه

“Aku menjamin sebuah rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan berkepanjangan meskipun ia dalam posisi yang benar, juga sebuah rumah di tengah jannah bagi siapa saja yang meninggalkan berbohong walaupun ia sedang bercanda, serta sebuah rumah di puncak jannah bagi siapa saja yang berakhlak mulia.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani menghassankannya di Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 1648)

Inilah beberapa amalan yang diberitakan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berbonus rumah di surga. Orang hidup pasti menginginkan tempat tinggal yang indah, megah, sejuk, dan nyaman. Maka untuk kehidupan yang kekal di akhirat hendaknya lebih semangat memiliki rumah idaman tersebut. Tentunya rumah-rumah itu membutuhkan pernak-pernik dan perhiasannya; dari kamar dan ruangan, perbendaharaan dan perhiasannya, serta pepohonannya. Dan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam teleh menjelaskan  amal-amal untuk menyempurnakannya, sebagaimana yang sudah kami tuliskan terdahulu. Wallahu a’lam. [dari berbagai sumber].

Kitab "Ushul Tsalatsah"

Assalamu'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh

Berikut ini, saya salin ulang sebuah kitab aqidah ahlussunnah wa jama'ah. Semoga dapat bermanfaat bagi saudara-saudaraku sekalian. Adapun segala kekurangan seperti kurangnya pemakaian font-font alQuran (arabic), saya minta maaf. Hal ini berhubung keterbatasan waktu dan fasilitas yang ada. Wallahu a'lamu bishshowab.


Kitab      : Ushul Tsalatsah (Mengenal Allah, Mengenal Rasul dan Dinul Islam)
Karya      : Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab
Penerbit   : Waqaf As Salam Al Khairi, Riyadh, 1421 H



Bismillahirrohmannirrohiim


Ketahuilah , semoga Allah merahmati anda, sesungguhnya kita wajib mempelajari empat perkara, yaitu :

1.   Ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya.
2.   Beramal berdasarkan ilmu.
3.   Menda’wahkan ilmu tersebut dan mengajak orang untuk mengamalkannya.
4.   Bersabar terhadap gangguan dalam menuntut ilmu, beramal dan berda’wah.

Dalil pernyataan di atas adalah firman Allah ta’ala :

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal kebajikan, saling nasihat dan menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al Ashr :1-3)

Imam Syafi’i (Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i Al Hasyimi al Quroisy. Beliau lahir di Ghaza tahun 150 H dan wafat di Mesir tahun 204 H) rahimahullah ta’ala berkata : Sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah kepada hamba-Nya kecuali surat ini, niscaya surat ini sudah cukup bagi mereka.(Maksudnya adalah surat ini sudah cukup untuk mendorong orang agar komitmen dengan Islam yaitu dengan beriman, beramal shalih, berdakwah dan bersabar dalam melakukan itu semua. Lihat Syarah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Al Utsaimin hlm.24)

Imam Bukhori (Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al Bukhori. Beliau dilahirkan di kota Bukhara pada tahun 194 H rahimahullah ta’ala (dalam kitab shohihnya,-pent) membuat bab tersendiri dengan judul “Wajib Berilmu Sebelum Berucap dan Berbuat.” Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
 “Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah dan memintalah ampun atas dosamu.”(QS. Muhammad : 19)

Beliau memulai dengan berilmu lebih dahulu sebelum berucap dan melakukan perbuatan.

Ketahuilah,-semoga Allah merahmatimu- sesungguhnya setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib mempelajari tiga perkara berikut dan beramal berdasarkan ketiga hal tersebut.

1.   Sesungguhnya Allah telah menciptakan  dan memberi rezeki kepada kita. Dia tidak membiarkan kita begitu saja, akan tetapi Dia mengutus seorang rasul untuk kita. Barang siapa menaati rasul tersebut maka dia akan masuk surga. Barangsiapa yang menentangnya, maka dia akan masuk neraka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul kepada kalian (orang-orang Makkah) yang menjadi saksi atas kalian, sebagaimana Kami juga telah mengutus rasul kepada Fir’aun. Fir’aun menentang rasul tersebut, maka Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.”(QS. Muzammil : 15-16)

2.   Sesungguhnya Allah tidak ridha dipersekutukan dengan sesuatu selain-Nya ketika seseorang beribadah kepada-Nya, meskipun yang dipersekutukan dengan-Nya tersebut adalah malaikat yang dekat dengan Allah maupun rasul yang diutus-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
“Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah keputusan Allah, maka janganlah kalian menyembah seseorang pun di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin:18)

3.   Sesungguhnya orang yang menaati rasul dan mentauhidkan Allah tidak memiliki loyalitas kepada orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya walaupun orang-orang itu adalah kerabatnya yang paling dekat. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Engkau tidak akan mendapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya walaupun mereka itu adalah bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara atau keluarga mereka sendiri. Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan memperkuat mereka dengan ruh yang berasal dari-Nya. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga yang di bawahnya ada sungai-sungai yang mengalir. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha dengan mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Mereka itu adalah golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.”(QS. Al Mujadalah:22)

   Ketahuilah,-semoga Allah memberi keteguhan kepadamu untuk melakukan ketaatan- sesungguhnya hanifiyah, agama Nabi Ibrahim, adalah agama yang menyeru manusia agar beribahadah kepada Allah semata. Allah memerintahkan seluruh manusia untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan Allah menciptakan mereka untuk tujuan tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:
   “Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”(QS. Adz Dzariyat: 56)

   Makna beribadah kepada-Ku dalam ayat di atas adalah mentauhidkan-Ku. Perintah Allah yang paling agung adalah perintah untuk bertauhid. Bertauhid adalah menyerahkan peribadahan hanya kepada Allah. Larangan Allah yang paling berbahaya adalah larangan melakukan perbuatan syirik. Syirik adalah beribadah kepada selain Allah di samping (beribadah) kepada-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Sembahlah Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”(QS. An Nisa’: 36)



Tiga Landasan Utama
  
Kalau engaku ditanya , “Sebutkanlah tiga landasan yang wajib diketahui oleh orang?” jawablah, “Mengenal Rabb, agama, dan Nabi-Nya yaitu Muhammad saw.”


Landasan Pertama

Mengenal Rabb

Kalau engkau ditanya, “Siapakah Rabb kamu?” Jawablah,”Rabbku adalah Allah yang telah menciptakanku dan seluruh ala mini dengan nikmat-nikmat-Nya. Dia adalah sesembahanku. Tidak ada sesembahan yang berhak untuk kusembah selain Dia. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Segala puji bagi Allah Rabb segenap alam.”(QS. Al Fatihah:2)

Kalau engkau ditanya,”Dengan apakah engkau bias mengetahui Rabbmu?” Jawablah,”Dengan tanda-tanda kekuasaan (ayat-ayat)-Nya adalah adanya malam, siang, matahari dan bulan. Di antara makhluk-makhluk-Nya adalah tujuh langit, tujuh bumi, segala yang berada di dalamnya dan segala yang berada di antaranya. Dalilnya adalah firman Allah ta’la:
“Sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah adanya malam,siang,matahari dan bulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan bulan. Bersujudlah kepada Allah yang telah menciptakannya kalau kalian (benar-benar) hanya menyembah keada-Nya.” (QS.Fushilat:37)

Allah ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Rabb kalian adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam tempo enam masa. Dia lantas bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Allah juga menciptakan) matahari, bulan dan bintang. Masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah itu hanya hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al A’raf: 54)

Rabb adalah Dzat yang berhak untuk disembah. Dalilnya adalah firman Allah ta’la:
“Wahai manusia, sembahlah rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. Allah telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap bagi kalian. Dia menurunkan hujan dari langit. Dan dengan hujan itu, Allah mengeluarkan buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Janganlah kalian menjadikan tandingan untuk Allah padahal kalian mengtahuinya.”(QS. Al Baqoroh: 21-22)

Ibnu Katsir (Nama lengkap beliau adalah Imaduddin Abul Fida’ Ismail bin Umar Al Quraisyi AD Dimasqi Al Hafizh. Beliau adalah salah seorang murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau wafat pada tahun 774 H) rahimahullah mengatakan, “Pencipta segala yang ada ini adalah Dzat yang berhak untuk diibadahi.”
Macam-macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah antara lain: Islam, iman, ihsan, do’a(Do’a ada dua macam: do’a permintaan dan do’a ibadah. Doa permintaan adalah doa yang dipanjatkan seseorang agar terpenuhi hajat kebutuhannya. Do’a ibadah adalah doa yang dipanjatkan seseorang untuk mencari pahala di sisi Allah dan agar selamat dari siksa-Nya), khauf(Reaksi yang muncul akibat ras khawatir akan terjadinya sesuatu yang membahayakan), raja’(Keinginan seseorang terhadap  sesutau yang mungkin diperoleh dalam waktu dekat atau jauh akan tetapi diposisikan sebagai sesuatu yang bias diperoleh dalam waktu dekat), tawakal(Menyandarkan hati kepada Allah dalam mencari kemanfaatan dan menolak marabahaya dengan tetap mencari sebab-sebabnya yang dibenarkan oleh syariat), raghbah(Berkeinginan untuk memperoleh sesuatu yang disenangi), rahbah(Rasa takut yang mengakibatkan lari dari sesuatu yang ditakuti), khusyuk(Merasa dan hina dengan keagungan Allah), khasyyah(Rasa takut yang dilandasi dengan pengetahuan terhadap keagungan dan kebesaran sesuatu yang ditakuti), inabah(Kembali kepada Allah dengan dilandasi dengan melakukan ketaatan dan tidak berbuat kedurhakaan kepada-Nya), isti’anah(Meminta pertolongan), isti’adzah(Meminta perlindungan sebelum ditimpa musibah), itighosah(meminta perlindungan sesudah ditimpa musibah), menyembelih hewan kurban, nadzar dan amal ibadah lainnya yang diperintahkan Allah ta’la. Semua ibadah itu adalah hak Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah. Oleh karena itu, janganlah kalian menyembah seseorang pun di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin: 18)

Barangsiapa yang menyerahkan ibadah itu walaupun sedikit saja kepada selain Allah maka dia adalah orang musyrik dan kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Barangsiapa yang menyembah sesembahan lain di samping (menyembah) Allah padahal tidak ada keterangan tentang sesembahan itu maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.” (QS. Al Mukminun: 117)

Dalam sebuah hadits dikatakan:
“Do’a adalah inti sari ibadah.”(Hadits ini adalah lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi. Lihat footnote hadits ini dalam kitab Taisir Wushul ila Nailil Ma’mul bi Syarh Tsalatsatil Ushul buah karya Nu’man bin Abdil Karim Al Watr)

Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Rabb kalian berkata,’Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kukabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri untuk beribadah kepada-Ku akan masuk jahanam dalam keadaan terhina.’”(QS. Ghafir: 60)

Dalil tentang khauf adalah firman Allah ta’ala:
“Janganlah kalian takut kepada mereka, takutlah kepada-Ku kalau kalian (benar-benar) beriman.” (QS. Ali Imran: 175)       

                       
Dalil tentang raja’ adalah firman Allah ta’ala:
“Barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Rabbnya, hendaknya bermal shalih dan tidak menyekutukan Allah dengan seorang pun.” (QS. Al Kahfi: 110)

Dalil tentang tawakal adalah firman Allah ta’ala:
“Dan bertawakallah kepada Allah jika kalian (benar-benar) beriman.”(QS.Al Maidah: 23)

Allah berfirman:
“Barangsiapa bertawakal kepada Allah maka dia akan mencukupi (keperluannya).”(QS. Ath Thalaq: 3)

Dalil tentang raghbah, rahbah dan khusyuk adalah firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera untuk melakukan kebaikan dan menyembah Kami dengan dilandasi rasa harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al Anbiya: 90)

Dalil tentang khasyyah adalah firman Allah ta’ala:
“Janganlah kalian takut kepada mereka akan tetapi takutlah kepada-Ku.”(QS. Al Baqarah: 150)

Dalil tentang inabah adalah firman Allah ta’ala:
“Dan kembalilah kepada Rabb kalian dan berserah dirilah kepada-Nya.”(QS. Az Zumar: 54)

Dalil tentang isti’anah adalah firman Allah ta’ala:
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”(QS. Al Fatihah: 5)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:
“Jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.”(HR. Ahmad & Tirmidzi)

Dalil tentang isti’adzah adalah firman Allah ta’ala:
“Katakanlah,’Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai shubuh.”(QS. Al Falaq: 1)

Allah berfirman:
“Katakanlah,’Aku berlindung kepada Rabb manusia.’”(QS. An Naas: 1)

Dalil tentang istighatsah adalah firman Allah ta’ala:
“Jika kalian memohon bantuan kepada Rabb kalian niscaya Dia akan menabulkannya.” (QS. Al Anfaal: 9)



Dalil tentang menyembelih kurban adalah firman Allah ta’ala;
“Katakanlah,’Sesungguhnya shalatku, hewan sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Rabb segenap alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya.’”(QS. Al An’am: 162-163)

Dalil dari hadits Nabi adalah:
“Allah melaknat orang yang menyembelih kurban untuk selain Allah.”(HR. Muslim)

Dalil tentang nadzar adalah firman Allah ta’ala:
“Mereka memenuhi nadzar-nadzar mereka dan takut dengan suatu hari yang siksanya merata ke mana-mana.”(QS. Al Insan:7)



Landasan Kedua

Mengenal Agama Islam dengan Dalil-dalilnya

Islam artinya adalah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid kepada-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menjalankan ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Islam terdiri dari tiga tingkatan, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Masing-masing tingkatan memiliki rukun-rukun.

Tingkatan Pertama: Islam

   Rukun Islam ada lima, yaitu: bersyahadat laa ilaha illallah muhammad rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, menjalankan shoum Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah.
   Dalil syahadat adalah firman Allah ta’ala:
   “Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Dia, Yang menegakkan keadilan . Para malaikat dan orang-orang yang memiliki ilmu (juga mengatakan yang demikian itu). Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Yang maha Perkas lagi Bijaksana.”(QS. Ali Imran: 18)

   Makna kalimat laa ilaha illallah adalah tidak ada sembahan yang berhak untuk disembah selain Allah. Kalimat laa ilaha artinya meniadakan seluruh sesembahan selain Allah.  Kalimat illallah artinya menetapkan peribadatan hanya untuk Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya sebagaimana juga tidak ada sekutu bagi Allah dalam kekuasaan-Nya.
   Tafsir kalimat laa ilaha illallah diperjelasa dengan firman Allah ta’ala:
   “Dan ingatlah, ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya,’Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala yang kalian sembah.(Aku hanya menyembah) Dzat yang telah menciptakanku. Sesungguhnya Dia akan memberikan petunjuk kepada-Ku. Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya. Mudah-mudahan mereka kembali kepada kalimat tauhid tersebut.’”(QS.Az Zukhruf: 26-28)

   Allah ta’ala berfirman:
   “Katakanlah, hai ahli kitab, kemarilah kepada kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, yaitu: Janganlah kita menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb-Rabb selain Allah. Kalau mereka berpaling, maka katakanlah: Persaksikanlah bahwa kami adalah orang yang berserah diri.”(QS. Al Imran: 64)

   Dalil tentang syahadat muhammad rasulullah adalah firman Allah ta’ala:
   “Sungguh telah dating seorang rasul kepada kalian dari kaum kalian sendiri. Dia merasakan berat penderitaan kalian, sangat menginginkan kalian (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”(QS. At Taubah: 128)

   Makna syahadat muhammad rasulullah adalah menaati perintahnya, membenarkan kabar yang dibawanya, menjauhi segala yang dilarng dan dicegahnya dan tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan tuntunan beliau.
   Dalil tentang shalat, zakat dan tfsir tauhid adalah firman Allah:
   “Tidaklah mereka diperintahkan kepada Allah dengan menyerahkan ibadah hanya kepada-Nya dengan lurus, menegakkan shalat dan membayarkan zakat. Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
  
Dalil tentang puasa adalah firman Allah ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk mengerjakan shoum sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)
    
   Dalil tentang haji adalah firman Allah ta’ala:
   “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran: 97)

Tingkatan kedua: Iman

   Iman memiliki tujuh puluhan cabang. Cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan laa ilaha illallah. Sedangkan cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu adalah salah satu cabang dalam iman.
   Rukun iman ada enam: beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir baik dan buruk.
   Dalil tentang keenam rukun di atas adalah firman Allah ta’ala:
   “Bukanlah menghadapkan wajah kalian kea rah timur dan barat itu suatu kebaikan, akan tetapi sesungguhnya kebaikan itu adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (QS. Al Baqarah: 177)

   Dalil tentang beriman kepada akdir yang baik dan buruk adalah firman Allah ta’ala:
   “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.” (QS. Al Qamar: 49)

Tingkatan ketiga: Ihsan
  
   Ihsan merupakan rukun tersendiri. Makna ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau  melihat-Nya; dan kalau engkau tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.”(QS. An Nahl:128)
   
   Allah ta’ala berfirman:
   “(Allah) yang melihat kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) pula perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.”(QS. Asy Syu’ara: 217-219)

   Allah ta’ala berfirman:
   “Kalian tidak berada dalam suatu keadaan , tidak membaca suatu ayat dari Al Qur-an dan kalian tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya.” (QS. Yunus: 61)

   Dalil  dari hadits Nabi adalah hadits Jibril yang terkenal. Hadits itu diriwayatkan dari Umar bin Khotthob radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan:
Pada suatu hari, tatkala kami duduk bersama Rasulullah saw datanglah seorang lelaki yang berpakaian sangat putih dan memiliki rambut yang sangat hitam. Bekas  perjalanan jauh tidak tampak pada orang tersebut, namun tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Dia lantas duduk di depan Nabi saw dan menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi serta meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi.
Lelaki itu mengatakan,”Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam.” Rasulullah saw menjawab,”Islam itu adalah bersaksi Laa ilaha illallah dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, menjalankan shoum Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah jika mampu menempuh perjalanan ke sana.” Lelaki itu mengatakan,”Engkau benar.”
Kami terheran-heran dengan lelaki itu; dia bertanya namun dia juga yang membenarkan jawabannya. Lelaki itu kemudian berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang iman.” Rasulullah menjawab,”Beriman kepda Allah, malaikat, kitb-kitab, para rasul, hari akhir dan beriman dengan takdir yang baik dan buruk.” Lelaki itu berkata,”Engkau benar.”
Lelaki itu berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan.” Nabi menjawab,”Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya; dan kalau engkau tidak bisa melihat-Nya maka sesunguhnya Allah meilhatmu.”
Lelaki itu berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang hari kiamat.” Nabi menjawab,”Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.’ Lelaki itu bertanya lagi,”Kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tanda hari kiamat.” Nabi menjawab,”Bila seorang budak wanita melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang dan miskin yang menggembalakan kambing saling berlomba meninggikan bangunan.”
Umar berkata,”Lelaki itu kemudian pergi dan aku pun diam sejenak. Nabi lantas berkata kepadaku,’Wahai Umar apakah engkau tahu siapa orang yang bertanya tadi?’Aku menjawab,’Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’Nabi berkata,’Lelaki itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kepada kalian.’”(HR. Muslim)
  

Landasan Ketiga
Mengenal Nabi Kalian, Muhammad saw

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Mutholib bin Hasyim dari suku Quraisy. Suku Quraisy itu berasal dari bangsa Arab dan bangsa Arab itu berasal dari keturunan Nabi Ismail as putra Nabi Ibrahim as, kekasih Allah. Semoga sholawat dan salam yang paling mulia dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim as dan juga kepada Nabi kita. Beliau berumur 63 tahun; 40 tahun sebelum diangkat menjadi Nabi dan 23 tahun setelah menjadi nabi dengan turunnya surat Al Muddatsir. Negeri tempat beliau tinggal adalah Makkah, setelah itu beliau hijrah ke Madinah.
   Allah mengutus beliau untuk membasmi kesyirikan dan mengajak (orang) untuk bertauhid. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan. Agungkanlah Rabbmu dan bersikanlah pakaianmu. Tinggalkanlah berhala dan jangan kamu memberi dengan maksud memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Bersabarlah untuk (memenuhi perintah) Rabbmu.” (QS. Al Muddatsir: 1-7)
  
   Makna qum fa andzir adalah memberi peringatan terhadap bahaya syirik dan berdakwah kepada tauhid. Makna wa robbaka fakabbir adalah agungkanlah Allah dengan bertauhid. Makna wa tsiyaa baka fathohhir adalah bersihkanlah amal perbuatanmu dari syirik. Makna war rujza fahjur adalah meninggalkan berhala dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya.
   Beliau memulai dakwah dengan dakwah tauhid itu selama sepuluh tahun. Setelah itu, beliau dimi’rajkan ke langit. Beliau diberi kewajiban untuk mengerjakan shalat wajib lima waktu. Beliau mengerjakan shalat di Makkah selama tiga tahun. Setelah itu, beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah.
    Hijrah adalah berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah hukumnya wajib bagi umat ini, yaitu dengan berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Kewajiban hijrah selalu ada sampai hari kiamat. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, malaikat bertanya (kepada mereka): ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ mereka menjawab:’Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).’ Para malaikat berkata: ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kalian bisa berhijrah di bumi itu?’ Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki, wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah).’ (QS. An Nisa’: 97-98)

   Allah ta’ala berfirman:
   “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas. Oleh karena itu, sembahlah Aku saja.”(QS. Al Ankabut: 56)

   Al Baghowi rahimahullah mengatakan,” Sebab turunnya ayat di atas adalah karena adanya orang-orang Islam yang berada di Makkah yang belum berangkat hijrah. Allah lantas menyeru mereka dengan nama orang-orang beriman. Dalil hijrah dari hadits Nabi adalah:
   “Hijrah itu tidak akan terputus sampai pintu taubat tertutup. Pintu taubat tidaklah tertutup sampai matahari terbit dari barat.”(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ad Darimi)
  
Setelah beliau tinggal di Madinah, Allah memerintahkan (kepadanya untuk menjalankan syariat Islam yang lainnya, seperti shoum, haji, jihad, amar makruf nahi mungkar dan syariat Islam yang lainnya. Beliau menyempurnakan sisa syariat itu selama sepuluh tahun. Setelah itu , beliau meninggal dunia. Semoga shalawat serta salam Allah limpahkan kepada beliau.
   Agama beliau kekal. Dalam urusan agama, tidak ada satu kebaikan pun yang tidak beliau terangkan kepada umatnya, dan tidak ada satu kejelekan pun yang tidak diperingatkannya. Kebaikan yang beliau perintahkan adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah. Kejelekan yang beliau peringatkan adalah syirik dan segala sesuatu yang dibenci dan tidak disukai Allah. Allah mengutus beliau untuk semua manusia. Allah mewajibkan jin dan manusia untuk taat kepada beliau. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Katakanlah,”Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian semua.” (QS. Al A’Raf:158)
  
   Allah telah menyempurnakan segala agama-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian, Aku cukupkan nikmat-Ku untuk kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al Maidah: 3)

   Dalil bahwa Rasulullah saw juga akan wafat adalah firman Allah ta’ala:
   “Sesungguhnya engkau akan mati dan mereka pun juga akan mati.” (QS. Az Zumar: 30)

   Setiap orang yang meninggal akan dibangkitkan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian dan kepadanya pula Kami akan mengembalikan kalian serta dari bumi itu pula Kami akan mengeluarkan kalian pada hari yang lain.” (QS. Thaha: 55)

   Allah ta’ala berfirman:
   “ Allah telah menumbuhkan tanaman untuk kalian, kemudian Dia akan benar-benar mengembalikan kalian.” (QS. Nuh: 17-18)

   Setelah dibangkitkan (dari kubur), manusia akan dihisab dan dibalas sesuai amal perbuatan mereka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Agar Dia membalas orang-orang yang berbuat kejelekan sesuai dengan amal perbuatannya dan membalas orang-orang yang berbuat kebaikan dengan balasan yang lebih baik (surga).” (QS. An Najm: 31)

   Barang siap yang mengingkari adanya hari kebangkitan maka dia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Orang-orang kafir menyangka bahwa mereka tidak akan pernah dibangkitkan. Katakanlah,”Tidak demikian, demi Rabbku, engkau benar-benar akan dibangkitkan dan kemudian engkau akan diberitahu amal perbuatanmu. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”(QS. At Taghobun: 7)
  
   Allah mengutus seluruh rasul untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Mereka Kami utus sebagai rasul yang menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan agar tidak ada alasan  bagi manusia untuk membantah Allah setelah kedatangan rasul.”(QS. An Nisa’: 165)

   Rasul yang pertama adalah Nabi Nuh as, sedangkan rasul yang terakhir adalah Nabi Muhammad saw. Dalil bahwa rasul yang pertama adalah Nabi Nuh as adalah firman Allah ta’ala:
   “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami juga telah memberikan wahyu kepada Nabi Nuh dan nabi-nabi yang sesudahnya.”(QS. An Nisa’: 163)

   Allah mengutus pada setiap umat seorang rasul yaitu dari nabi Nuh as sampai Nabi Muhammad saw. Rasul tersebut  memerintahkan umatnya untuk beribadah hanya kepada Allah dan melarang mereka beribadah  kepada thaghut. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Sungguh, kami telah mengutus seorang rasul  pada setiap umat (agar menyerukan),’Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’”(QS. An Nahl: 36)
  
   Allah mewajibkan kepada seluruh hamba-hamba-Nya untuk mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah. Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan,”Thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah) yang disembah, diikuti dan ditaati oleh seseorang sampai melampaui batas.”

   Thaghut beraneka macam, akan tetapi pembesarnya ada lima macam, yaitu: iblis, orang yang disembah dan dia ridha dengan penyembahan tersebut, orang yang menyeru orang lain agar menyembah dirinya, orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara yang ghaib dan orang yang berhukum dengan selain hukum Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
   “Tidak ada paksaan (untuk memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya jalan yang lurus telah jelas dan jalan yang sesat juga telah jelas. Barangsiapa yang kufur terhadap thaghut dia beriman kepada Allah maka dia telah berpegang teguh dengan tali yang kuat.” (QS. Al Baqarah: 256)

   Ini semua adalah makna laa ilaha illallah

   Dalam hadits dinyatakan:
   “ Inti dari segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah.”

   Hanya Allah yang mengetahui. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan para sahabat beliau.


Selesai

10 PEMBATAL KE ISLAMAN

Sepuluh Hal Pembatal Keislaman kita
Penulis: Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz


HAL- HAL YANG MEMBATALKAN KEISLAMAN

Segala puji bagi Allah (Subhanahu wa Ta’ala) , Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada nabi yang terahir Muhammad (Shalallahu ‘alaihi Wassalam), para keluarga dan para Sahabat beliau, serta kepada orang- orang yang setia mengikuti petunjuk beliau.

Selanjutnya : ketahuilah, wahai saudaraku kaum muslimin, bahwa Allah (Subhanahu wa Ta’ala) telah mewajibkan kepada seluruh hamba – hambaNya untuk masuk ke dalam agama Islam dan berpegang teguh denganya serta berhati –hati untuk tidak menyimpang darinya.

Allah juga telah mengutus NabiNya Muhammad (Shalallahu ‘alaihi Wassalam) untuk berdakwah ke dalam hal ini, dan memberitahukan bahwa barangsiapa bersedia mengikutinya akan mendapatkan petunjuk dan barangsiapa yang menolaknya akan sesat.

Allah juga mengingatkan dalam banyak ayat- ayat Al-Qur’an untuk menghindari sebab- sebab kemurtadan, segala macam kemusyrikan dan kekafiran.

Para ulama rahimahumullah telah menyebutkan dalam bab hukum kemurtadan, bahwa seorang muslim bisa di anggap murtad ( keluar dari agama Islam) dengan berbagai macam hal yang membatalkan keislaman, yang menyebabkan halal darah dan hartanya dan di anggap keluar dari agama Islam.

Yang paling berbahaya dan yang paling banyak terjadi ada sepuluh hal, yang di sebutkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para ulama lainnya, dan kami sebutkan secara ringkas, dengan sedikit tambahan penjelasan untuk anda, agar anda dan orang – orang selain anda berhati hati dari hal ini, dengan harapan dapat selamat dan terbebas darinya.

Pertama:
Diantara sepuluh hal yang membatalkan keislaman tersebut adalah mempersekutukan Allah (Subhanahu wa Ta’ala) ( syirik ) dalam beribadah.
Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman:

Artinya : “ Sesungguhnya Allah (Subhanahu wa Ta’ala) tidak mengampuni dosa syirik(menyekutukan ) kepadaNya, tetapi mengampuni dosa selain itu, kepada orang – orang yang dikehendakinya “.( Annisa’ ayat : 116)

Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman:

Artinya: “ sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, niscaya Allah akan mengharamkan surga baginya, dan tempat tinggalnya (kelak) adalah neraka, dan tiada seorang penolong pun bagi orang – orang zhalim” .( Al- Maidah : 72).

Dan di antara perbuatan kemusyrikan tersebut adalah ; meminta do’a dan pertolongan kepada orang- orang yang telah mati, bernadzar dan menyembelih qurban untuk mereka.

Kedua:
Menjadikan sesuatu sebagai perantara antara dirinya dengan Allah (Subhanahu wa Ta’ala), meminta do’a dan syafaat serta bertawakkal ( berserah diri ) kepada perantara tersebut.
Orang yang melakukan hal itu, menurut ijma’ ulama ( kesepakatan) para ulama, adalah kafir.

Ketiga :
Tidak menganggap kafir orang- orang musyrik, atau ragu atas kekafiran mereka, atau membenarkan konsep mereka. Orang yang demikian ini adalah kafir.

Keempat:
Berkeyakinan bahwa tuntunan selain tuntunan Nabi Muhammad (Shalallahu ‘alaihi Wassalam) lebih sempurna, atau berkeyakinan bahwa hukum selain dari beliau lebih baik, seperti ; mereka yang mengutamakan aturan - aturan thaghut (aturan – aturan manusia yang melampaui batas serta menyimpang dari hukum Allah ), dan mengesampingkan hukum Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi Wassalam) , maka orang yang berkeyakinan demikian adalah kafir.

Kelima :
Membenci sesuatu yang telah ditetapkan oleh Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi Wassalam) , meskipun ia sendiri mengamalkannya. Orang yang sedemikian ini adalah kafir. Karena Allah (Subhanahu wa Ta’ala) telah berfirman :

Artinya :”Demikian itu adalah dikarenakan mereka benci terhadap apa yang di turunkan oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala), maka Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menghapuskan (pahala ) segala amal perbuatan mereka”. ( Muhammad : 9).

Keenam:
Memperolok–olok sesuatu dari ajaran Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi Wassalam), atau memperolok – olok pahala maupun siksaan yang telah menjadi ketetapan agama Allah (Subhanahu wa Ta’ala), maka orang yang demikian menjadi kafir, karena Allah (Subhanahu wa Ta’ala) telah berfirman :

Artinya : “ katakanlah ( wahai Muhammad ) terhadap Allah kah dan ayat – ayat Nya serta RasulNya kalian memperolok – olok ? tiada arti kalian meminta maaf, karena kamutelah kafir setelah beriman “ . (At- Taubah : 65- 66).

Ketujuh :
Sihir di antaranya adalah ilmu guna-guna yang merobah kecintaan seorang suami terhadap istrinya menjadi kebencian, atau yang menjadikan seseorang mencintai orang lain, atau sesuatu yang di bencinya dengan cara syaitani.dan orang yang melakukan hal itu adalah kafir, karena Allah (Subhanahu wa Ta’ala) telah berfirman :

Artinya :” Sedang kedua malaikat itu tidak mengajarkan (suatu sihir) kepada seorangpun, sebelum mengatakan: sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir “.( Al-Baqarah : 102.)

Kedelapan:
Membantu dan menolong orang – orang musyrik untuk memusuhi kaum muslimin. Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman:

Artinya : “ Dan barang siapa diantara kamu mengambil mereka (Yahudi dan Nasrani ) menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang tersebut termasuk golongan mereka. sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang – orang yang zhalim” .( Al- Maidah: 51).

Kesembilan:
Berkeyakinan bahwa sebagian manusia diperbolehkan tidak mengikuti syari’at Nabi Muhammad (Shalallahu ‘alaihi Wassalam) , maka yang berkeyakinan seperti ini adalah kafir. Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman :

Artinya:” Barang siapa menghendaki suatu agama selain Islam, maka tidak akan diterima agama itu dari padanya, dan ia di akhirat tergolong orang- orang yang merugi”.( Ali- Imran: 85).

Kesepuluh :

Berpaling dari ِِAgama Allah (Subhanahu wa Ta’ala); dengan tanpa mempelajari dan tanpa melaksanakan ajarannya. Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman :

Artinya : “ Tiada yang lebih zhalim dari pada orang yang telah mendapatkan peringatan melalui ayat – ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling dari padanya. Sesungguhnya kami minimpakan pembalasan kepada orang yang berdosa “. ( As- Sajadah : 22).

Dalam hal- hal yang membatalkan keislaman ini , tak ada perbedaan hukum antara yang main-main, yang sungguh- sungguh ( yang sengaja melanggar ) ataupun yang takut, kecuali orang yang di paksa. Semua itu merupakan hal- hal yang paling berbahaya dan paling sering terjadi. Maka setiap muslim hendaknya menghindari dan takut darinya. Kita berlindung kepada Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dari hal- hal yang mendatangkan kemurkaan Nya dan kepedihan siksaanNya. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada makhluk Nya yang terbaik, para keluarga dan para sahabat beliau. Dengan ini maka habis dan selesai kata-katanya. Rahimahullah.

Termasuk dalam nomor empat :
Orang yang berkeyakinan bahwa aturan- aturan dan perundang – undangan yang diciptakan manusia lebih utama dari pada syariat Islam, atau bahwa syariat Islam tidak tepat untuk diterapkan pada abad ke dua puluh ini, atau berkeyakinan bahwa Islam adalah sebab kemunduran kaum muslimin, atau berkeyakinan bahwa Islam itu terbatas dalam mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya saja, dan tidak mengatur urusan kehidupan yang lain.

Juga orang yang berpendapat bahwa melaksanakan hukum Allah Ta’ala dan memotong tangan pencuri, atau merajam pelaku zina ( muhsan) yang telah kawin tidak sesuai lagi di masa kini.

Demikian juga orang yang berkeyakinan diperbolehkannya pengetrapan hukum selain hukum Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dalam segi mu’amalat syar’iyyah, seperti perdagangan, sewa menyewa, pinjam meminjam, dan lain sebagainya, atau dalam menentukan hukum pidana, atau lain-lainnya, sekalipun tidak disertai dangan keyakinan bahwa hukum- hukum tersebut lebih utama dari pada syariat Islam.

Karena dengan demikian ia telah menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala) , menurut kesepakatan para ulama’.sedangkan setiap orang yang telah menghalalkan apa yang sudah jelas dan tegas diharamkan oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala) dalam agama, seperti zina, minum arak, riba dan penggunaan perundang- undangan selain Syariat Allah (Subhanahu wa Ta’ala), maka ia adalah kafir, merurut kesepakatan para umat Islam.

Kami mohon kepada Allah (Subhanahu wa Ta’ala) agar memberi taufiq kepada kita semua untuk setiap hal yang di ridhai Nya, dan memberi petunjuk kepada kita dan kepada seluruh umat Islam jalannya yang lurus. Sesungguhnya Allah (Subhanahu wa Ta’ala) adalah Maha Mendengar dan maha Dekat. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad (Shalallahu ‘alaihi Wassalam), kepada para keluarga dan para shahabat beliau.

(Dinukil dari kitab نواقض الإسلام oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz, edisi Indonesia Hal-hal yang membatalkan Keislaman)

referensi ashthy.wordpress.com,arrahmah.